Minggu, 12 Oktober 2008

Strategi Kamasutra ala Julia Peres


Kalo di bangku kuliah dulu, setiap mau ujian terkenal pameo “Posisi menentukan Prestasi” (yang tukang nyontek tau ini.he..he..), maka dalam hal lain dikenal “Kontroversi menentukan Apresiasi”. Sebagai contoh bagaimana Tung Desem Waringin mempromosikan buku Financial Revolutionnya.Di sepanjang jalan Sudirman dengan naik kuda putih, pakai blangkon. Sambil berkuda layaknya joki profesional, tangan kirinya mengacung-acungkan buku Financial Revolution. Alhasil buku Financial Revolution masuk rekor MURI sebagai penjualan terbanyak di hari peluncurannya. Langkah menggemparkan berikutnya adalah ketika Tung Desem mempromosikan buku keduanya, Marketing Revolution, dengan membuat “hujan duit dan tiket seminar senilai Rp100 juta” di seputar Stadion Sepak Bola Baladika Ksatrian, Jalan Gatot Subroto Grup I Kopassus Serang, Banten. Hasilnya Tung Desem mendapat promosi gratis ke seluruh penjuru dunia untuk bukunya karena aksinya diliput oleh banyak media nasional dan internasional. Tidak kurang dari kantor berita Associated Press, Reuters, The Peninsula, CNN, The Guardian, New York Times, Telegraph, bahkan sebuah media Trinidad & Tobaggo (www.news.co.tt) juga ikut memberitakan peristiwa tersebut. Peristiwa langka dan menggemparkan patut diberitakan pikir mereka. Cara promosi yang “aneh” karena berlawanan dengan kebiasaan malah membuat publik penasaran untuk mengetahui buku apa yang sebenarnya dijual dan akhirnya mendulang sukses dari sisi penjualan.

Teknik seperti ini sudah lama digunakan para wartawan untuk memancing minat orang membaca tulisannya, bahkan para blogger pun banyak yang menggunakannya. Misalnya Abu Raihan dalam blognya (http://blogger-pesta.blogspot.com), menulis artikel dengan judul “Teknik bercinta dengan SPG” atau artikelnya yang lain “Paha wanita di balik celana jeans”. Padahal isi artikel tersebut tidak “seseram” judulnya. Dengan judul-judul yang nyerempet bahaya tersebut keingintahuan seseorang dibangkitkan, dibikin penasaran. Menurut Tung Desem, orang membeli sesuatu lebih banyak dipengaruhi oleh emosi dibandingkan dengan logika. Contohnya banyak ABG pakai celana jeans kedodoran ala rapper atau baju pendek keliatan puser ala Britney Spears. Makanya banyak perusahaan yang menggaet selebriti sebagai model produknya.

Kontroversi kerap juga digunakan politisi untuk menarik massa pendukungnya. Lihat kasus 27 Juli yang menaikan simpati publik kepada Megawati dan PDIPnya. Atau kasus “pemecatan” SBY menjelang pemilu 2004. Tidak bisa disangkal kalau kemenangan SBY dalam pemilu 2004 banyak dipengaruhi kontroversi “pemecatannya” sebagai Menteri.
Banyak juga artis yang menggunakan kontroversi untuk menaikan popularitasnya. Misalnya aksi “goyang ngebornya” Inul Daratista, “goyang patah-patahnya” Anisa Bahar, atau memberi hadiah kondom “Kamasutra” pada paket pembelian CD lagunya seperti kasus Julia Peres. Atau bisa juga dengan trik berita perselingkuhan di media menjelang pelucuran film terbaru sang artis. Asumsinya popularitas naik, penjualan ikut naik.

Dalam penjualan strategi seperti ini sah-sah saja yang penting tidak menipu konsumen, karena sekali konsumen merasa tertipu maka akan berdampak negatif pada citra produk secara keseluruhan. Jadi jangan ragu menggunakan strategi aneh yang diluar pakem awam. Siapa tahu produk saudara laris manis bak kacang goreng. Freedom.