Rabu, 15 Oktober 2008

Just do it apa jas duit ?


Pernah dikejar anjing ? nggak pernah ? syukurlah karena bukan main paniknya. Lari bisa jadi cepat banget. Pagar yang tinggi bisa dilompatin. Parit yang lebar ? nggak peduli… lompat !!! dan berhasil. Begitu anjingnya pergi baru sadar, gila tadi lari cepat banget (kalo diadu bisa kalah kali Bolt). Liat pagar, wah ! untung nggak nyangkut. Pas liat parit, ampun naudzubillah nggak lagi deh. Tapi nyatanya semua berhasil dilewati. Nggak ada yang nyangkut. Sukses !!Kejadian kaya gini meskipun sepertinya remeh mengajarkan kita bahwa kalau keadaan kejepit bin kepepet maka ada energi luar biasa yang membuat kita sanggup untuk melakukan apapun. Melakukan sesuatu yang diluar dugaan bahkan mungkin tidak pernah terpikirkan sekalipun. Itulah mengapa banyak pebisnis yang sukses hanya setelah mengalami keterpurukan, kegagalan, bahkan nyaris bangkrut. Sederet nama beken seperti Bob Sadino, Andre Wongso, Jaya Setiabudi dan banyak lagi adalah contohnya. Bahkan Bang Jay (panggilan akrab Jaya Setiabudi) menulis buku ‘The Power of Kepepet’ yang secara khusus membahas hal ini.

Sewaktu kecil saya ingat waktu belajar renang dulu. Seorang teman membawa saya agak ke tengah sungai, lalu membiarkan saya berenang sendirian. Tanpa berpikir dan memang dalam situasi seperti itu nggak bakal bisa mikir. Secara insting saya mulai menggerakkan tangan dan kaki saya meniru gerakkan orang berenang. Alhasil setelah beberapa kali nyaris kelelep, saya bisa juga berenang. Sukses !

Kita lihat kembali sejarah. Pernah dengar cerita penaklukkan Andalusia (Spanyol) oleh Bani Umayyah. Alih-alih mundur dan balik kembali ke Maroko, Tarik bin Ziyad, komandan pasukan Muslimin malah membakar kapal-kapal mereka yang memaksa pasukannya berhadapan secara langsung dengan pasukan kerajaan Spanyol yang beberapa kali lipat lebih banyak jumlahnya. Hasilnya karena pertaruhan antara nyawa dan kehormatan pasukan Tarik memenangkan pertempuran yang merupakan awal kejatuhan Andalusia. Suatu kemenangan yang spektakuler dalam sejarah.

Kembali ke masa kini, itulah mengapa banyak mentor bisnis yang menyarankan kepada calon pebisnis ‘nggak usah banyak mikir’, action saja. Lakukan !. Buka bisnisnya. Pendek kata just do it bukan jas duit. Freedom.
Baca Selengkapnya...

Minggu, 12 Oktober 2008

Strategi Kamasutra ala Julia Peres


Kalo di bangku kuliah dulu, setiap mau ujian terkenal pameo “Posisi menentukan Prestasi” (yang tukang nyontek tau ini.he..he..), maka dalam hal lain dikenal “Kontroversi menentukan Apresiasi”. Sebagai contoh bagaimana Tung Desem Waringin mempromosikan buku Financial Revolutionnya.Di sepanjang jalan Sudirman dengan naik kuda putih, pakai blangkon. Sambil berkuda layaknya joki profesional, tangan kirinya mengacung-acungkan buku Financial Revolution. Alhasil buku Financial Revolution masuk rekor MURI sebagai penjualan terbanyak di hari peluncurannya. Langkah menggemparkan berikutnya adalah ketika Tung Desem mempromosikan buku keduanya, Marketing Revolution, dengan membuat “hujan duit dan tiket seminar senilai Rp100 juta” di seputar Stadion Sepak Bola Baladika Ksatrian, Jalan Gatot Subroto Grup I Kopassus Serang, Banten. Hasilnya Tung Desem mendapat promosi gratis ke seluruh penjuru dunia untuk bukunya karena aksinya diliput oleh banyak media nasional dan internasional. Tidak kurang dari kantor berita Associated Press, Reuters, The Peninsula, CNN, The Guardian, New York Times, Telegraph, bahkan sebuah media Trinidad & Tobaggo (www.news.co.tt) juga ikut memberitakan peristiwa tersebut. Peristiwa langka dan menggemparkan patut diberitakan pikir mereka. Cara promosi yang “aneh” karena berlawanan dengan kebiasaan malah membuat publik penasaran untuk mengetahui buku apa yang sebenarnya dijual dan akhirnya mendulang sukses dari sisi penjualan.

Teknik seperti ini sudah lama digunakan para wartawan untuk memancing minat orang membaca tulisannya, bahkan para blogger pun banyak yang menggunakannya. Misalnya Abu Raihan dalam blognya (http://blogger-pesta.blogspot.com), menulis artikel dengan judul “Teknik bercinta dengan SPG” atau artikelnya yang lain “Paha wanita di balik celana jeans”. Padahal isi artikel tersebut tidak “seseram” judulnya. Dengan judul-judul yang nyerempet bahaya tersebut keingintahuan seseorang dibangkitkan, dibikin penasaran. Menurut Tung Desem, orang membeli sesuatu lebih banyak dipengaruhi oleh emosi dibandingkan dengan logika. Contohnya banyak ABG pakai celana jeans kedodoran ala rapper atau baju pendek keliatan puser ala Britney Spears. Makanya banyak perusahaan yang menggaet selebriti sebagai model produknya.

Kontroversi kerap juga digunakan politisi untuk menarik massa pendukungnya. Lihat kasus 27 Juli yang menaikan simpati publik kepada Megawati dan PDIPnya. Atau kasus “pemecatan” SBY menjelang pemilu 2004. Tidak bisa disangkal kalau kemenangan SBY dalam pemilu 2004 banyak dipengaruhi kontroversi “pemecatannya” sebagai Menteri.
Banyak juga artis yang menggunakan kontroversi untuk menaikan popularitasnya. Misalnya aksi “goyang ngebornya” Inul Daratista, “goyang patah-patahnya” Anisa Bahar, atau memberi hadiah kondom “Kamasutra” pada paket pembelian CD lagunya seperti kasus Julia Peres. Atau bisa juga dengan trik berita perselingkuhan di media menjelang pelucuran film terbaru sang artis. Asumsinya popularitas naik, penjualan ikut naik.

Dalam penjualan strategi seperti ini sah-sah saja yang penting tidak menipu konsumen, karena sekali konsumen merasa tertipu maka akan berdampak negatif pada citra produk secara keseluruhan. Jadi jangan ragu menggunakan strategi aneh yang diluar pakem awam. Siapa tahu produk saudara laris manis bak kacang goreng. Freedom.
Baca Selengkapnya...

Selasa, 07 Oktober 2008

Membina hubungan baik


Jika Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan nilai ibadah kepada Allah SWT (hablumminallah) yang merupakan hubungan dimensi vertikal dengan penciptanya, maka Idul Fitri adalah saaat-saat pemulihan atau penjalinan kembali hubungan baik dengan sesama manusia (hablumminannas) melalui proses saling mengunjungi dan saling memaafkan. Kedua dimensi ini (vertikal dan horizontal) tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Sehingga sudah menjadi tradisi kaum muslimin jika setiap lebaran mereka satu sama lain saling bersilaturrahmi, saling mengunjungi antar tetangga, saudara, karib kerabat dan saling memaafkan satu sama lain.

Hubungan baik kerap kali berbuah manis. Seringkali kita dengar seseorang yang dapat pekerjaan karena kenalannya. Paling tidak yang pertama kali dihubungi adalah mereka yang telah dikenal dengan baik daripada orang yang belum pasti latar belakangnya. Pun demikian juga di bisnis kerap kali kita ditawari proyek karena rekomendasi dari orang yang telah dikenal. Dalam dunia bisnis penjalinan hubungan baik merupakan salah satu persyaratan suksesnya sebuah bisnis. Penjalinan hubungan baik bukan hanya antara pemilik bisnis selaku produsen dengan konsumennya tapi juga antara pemilik bisnis dengan distributor dan antara distributor dengan konsumen. Hubungan ini akan menjadi suatu sistem yang mempengaruhi keberlangsungan suatu bisnis. Jika hubungan ini baik maka bisnis akan berjalan dengan baik begitu juga sebaliknya jika hubungan buruk maka bisnis akan terganggu.

Hubungan baik juga mesti dijaga antara pemilik bisnis yang satu dengan pemilik bisnis yang lain, baik yang berada dalam bisnis yang berbeda atau dengan bisnis yang sama. Jadi tidak melihat pebisnis yang lain sebagai suatu saingan yang saling menjatuhkan tapi membuat suatu komunitas yang saling memperkuat dan saling mendukung. Keuntungannya jika pemilik bisnis yang satu sedang overload proyek dan tidak mungkin menanganinya dalam waktu yang sama, kita bisa saja mendapat rekomendasi dari mereka untuk menjalankan proyek tersebut. Keuntungan yang lain, suatu komunitas bisnis memiliki nilai tawar yang lebih tinggi ketika berhadapan dengan pemerintah atau DPR selaku pembuat undang-undang dibandingkan dengan seorang pebisnis saja. Contoh terbaru negosiasi antara komunitas bisnis dengan pemerintah soal pemotongan pajak. Ini terjadi karena komunitas bisnis ikut menentukan perekonomian suatu negara. Jika komunitas bisnis jatuh maka ekonomi negara juga ikut goncang seperti yang terjadi sekarang dengan negara sebesar Amerika Serikat. Perumpamaannya seperti sebelah lidi dengan sekumpulan lidi. Yang satu mudah dipatahkan yang lain tidak. Jadi tidak ada ruginya membina hubungan baik dengan sesama hitung-hitung malah jadi pahala. Freedom.
Baca Selengkapnya...