Selasa, 30 September 2008

Senyum manis Fitri binti Haji Idul


Ia hadir setahun yang lalu. Senyumnya renyah, matanya indah. Hidungnya mancung, pipinya merah. Wajahnya mungil dan polos. Begitu jujur, bagitu suci. Walau diawali dengan tangis, kehadirannya begitu dinanti. Saat itu berkumpul seluruh keluarga, berdoa untuknya.

Hem...Haji Idul nama bapaknya, orangnya ramah, banyak temannya. Tidak aneh jika sukses usahanya karena semua orang suka membantunya. Haji Idul guru mengajiku, bukan cuma karena suaranya yang merdu tapi memang karena soleh orangnya. Setiap malam aku datang ke rumahnya, belajar mengaji dengannya. Hampir setiap malam itu pula aku mendengar suara anaknya, fitri. Dengan tawa khasnya begitu ceria. Begitu dielu-elukan keluarganya. Di tengah mereka fitri tampak dimanja.Dan wajah itu jadi begitu akrab dengan ku, tawanya, suaranya. Kadang aku berpikir begitu ahlinya Tuhan menciptakan hanya dari setetes air, segumpal darah hingga menjadi seorang mahluk berakal. Ada yang ganteng, ada yang cantik seperti fitri yang hampir selalu ku temui akhir-akhir ini. Kadang-kadang jika di dekatnya aku jadi begitu gemas, ingin mengelus pipinya, bahkan... menciumnya. Ingin aku memeluk dan mengajak berjalan-jalan bersama. Seperti kali ini ketika aku ada kesempatan berdua saja dengannya. Dan ketika aku mencium pipinya dengan rasa sayang, Haji Idul muncul tiba-tiba, tersenyum tampak bahagia di wajahnya. Walau agak kaget dalam hati aku senang juga karena ia tak marah padaku dan untuk dek, fitri... manis banget senyumnya. Hem... jadi suka.

(Merayakan satu tahun kelahirannya, Fitri binti Haji Idul. 1 Syawal) Minal Aidin Wal Faidzin. Mohon Maaf Lahir dan Bathin. 1 Syawal 1429 H. Freedom